Thursday, April 26, 2007


PERUBAHAN IKLIM, ANCAMAN BENCANA DAN TANTANGAN DAYA LENTING

12.000 desa terancam hilang akibat naiknya air laut. 80 % disepanjang pesisir jawa. Produksi pangan akan menurun. artinya kelaparan dan gizi buruk akan mengancam. Banjir, longsor dan kekeringan akan meningkat. Intensitas badai pun akan tinggi. Wabah demam berdarah, malaria dan kolera tidak hanya pada kawasan endimik, tapi akan menyebar ke wilayah2 yang mungkin saat ini aman. Dan krisis air bersih akan mengancam daerah-daerah kering dan perkotaan. Itulah ancaman pemanasan global-perubahan iklim. Sebagian besar ancaman tersebut telah nyata dirasakan. Beberapa desa nyata telah hilang akibat abrasi pantai. Air bersih mulai langka. dan Banjir-longsor menjadi menu harian selama musim hujan.

Rela atau pun tidak, itu adalah kenyataan yang saat ini dihadapi manusia di dunia. akibat dari borosnya pola hidup paska revolusi industri, penghabur2an CO2, deforestasi, reklamasi pantai dan segenap kelakuan destructive, saatnya alam menunjukan kekuasaannya. Es di kutub utara mulai mencair. hujan asam, dan pencemaran dimana2.

Sesungguhnya, 169 negara telah membuat komintmen bersama untuk melakukan usaha luar biasa mengurangi efek rumah kaca, 10 tahun yang lalu. lebih tahu tentang protokol kyoto, buka http://en.wikipedia.org/wiki/Kyoto_Protocol dan http://unfccc.int/essential_background/convention/items/2627.php.
Namun sayang, penyumbang terbesar efek rumah kaca, menolak untuk menandatangani protokol tersebut. Penolakan ini diikuti para sekutunya. Praktis, protokol ini pun tidak lagi mempunyai taring. karena si pembangkang adalah sang polisi dunia, amerika serikat.













Adalah Sayung, sebuah dusun yang masuk Kabupaten Demak. Dusun tersebut saat ini telah hilang akibat abrasi. Makan warga pada tahun 1998 masih tersisa karena berada ditanah yang tinggi, saat ini pun telah tenggelam. Berbagai upaya masyarakat menyelamatkan dusun dengan membuat tanggul dan menanam mangrove sia-sia. satu persatu warga masyarakat mengungsi. ketika tidak ada lagi harapan untuk kembali, warga pun memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya. Saat ini, hanya ada satu KK yang masih bertahan. satu2nya transportasi menuju ke desa sebelah adalah perahu kecil. tak ada lagi listrik,sekolah, pasar atau jalan. semua telah ditelah abrasi.

Sayung adalah salah satu contoh riil, bagaimana abrasi laut menjadi ancaman mengerikan bagi kehidupan komunitas. Bencana yang datang secara perlahan namun pasti. Dan celakanya, proses ini tidak masuk dalam katagori bencana. Kondisi ini dianggap sebagai proses alamiah. dan warga masyarakat harus menanggung sendiri dampak tersebut. Akan ada 12 ribu desa seperti Sayung. dan Akan ada ribuan atau bahkan jutaan jiwa yang tergusur dari tanah kelahirannya. tergusur tanpa difasilitasi negara atau negara-negara penyumbang efek rumah kaca.

Banjir jakarta 2007 yang menenggelamkan 3/4 wilayahnya tidak lepas dari dampak perubahan iklim. gagal panen atau menurunnya produksi pangan, wabah yang menyelimuti hampir seluruh daerah di Indonesia serta munculnya penyakit baru adalah sebuah kenyataan. Pemenasan global akibat efek rumah kaca telah menjadi ancaman nyata keberlanjutan kehidupan. WHO melaporkan, 130 juta jiwa terancam kelaparan saat ini, 80 % diantaranya berada di Asia, termasuk Indonesia.

Informasi ancaman harus segera dikumandangkan. Adaptasi hidup harus segera dilakukan. dan Perubahan gaya hidup dan pola pendekatan pembangunan harus segera dirubah. Bencana luar biasa akan terjadi secara perlahan terjadi. bencana yang dianggap bukan bencana.
Para pengambil kebijakan mau tidak mau harus merubah pandangan. tidak lagi menggunakan pembangunan berkelanjutan sebagai mainstreaming, tapi.. sustainable societies. but, not only sustanable, but.. must to be society dignity.


terlindungi & terselamatkan dari bencana..
adalah HAK DASAR MANUSIA

No comments: