Wednesday, April 25, 2007

KITA MAMPU....

Bangga dan haru.. ketika membaca majalah tempo edisi 09/XIIIIII/23-29 April 2007 tentang SANGKURIANG, PENGAWAS TSUNAMI.
Kondisi ini sebetulnya biasa2 aja. Karena pada dasarnya, memang manusia2 Indonesia tidak berbeda kemampuannya dengan manusia bangsa lain. Menjadi terharu dan bangga, ketika masih ada kesempatan untuk bisa mengekspresikan keilmuan dan keahliannya membuat karya. apalagi karya untuk kemanusiaan. Dan hasilnya, sungguh luar biasa.. Menggungguli karya2 yang sudah ada.

BPPT perlu mendapatkan reward dari seluruh anak bangsa ini. tidak hanya masyarakat pesisir yang memang akan mendapatkan manfaat dari penciptaan alat pendeteksi tsunami. Sangkuriang, sang legenda pun melekat pada alat yang dikerjakan hanya dalam waktu 4 bulan. mampu mendeteksi dikedalaman 2.050 meter. Melebihi alat2 dari luar yang konon belum mampu mendeteksi kedalaman 2.000 m.

Persoalan yang menghadang ke depan adalah tentang pengelolaan dan perawatannya. Juga kepentingan politik yang kerap menghambat kemajuan bangsa ini. Diakui, beberapa kasus terjadi berkaitan dengan alat deteksi tsunami. dari mulai yang konyol sampe yang bikin gemes. bagaimana tidak, alat pendeteksi tsunami bisa diangkat TNI AL karena dikira bom. dicuri perompak, dibawa ke daratan untuk bikin gawang sepak bola...

Pengamanan dan perawatan menjadi titik kunci agar alat tersebut dapat tetap berfungsi. Memberi pemahaman kepada masyarakat menjadi sangat penting. tidak hanya pada bagaimana alat tersebut berfungsi, juga tentang urgensinya alat itu dibekerja untuk menyelamatkan ratusan ribu masyarakat pesisir. Jadi, kebanggaan itu masih belum berakhir dengan hasil penciptaan.

Hal lain yang penting juga untuk disiapkan adalah perawatan alat. sudah menjadi rahasia umum kalau biaya perawatan kadang seret. Seretnya biaya perawatan karena banyak pengambil kebijakan tidak lagi menganggap penting alat tersebut setelah terpasang. Juga karena "KORUPSI". Politik anggaran kerap diwarnai dengan korupsi. kalau kurang pelicinnya, jangan harap bisa lolos.. setelah lolos di anggaran negara, korupsi pun masih ngikut... terus sampe implementasi. Bisa jadi, dari anggaran diposkan, sampe prakteknya tinggal 50 % saja atau bahkan 0 %.

Gak cuma itu, masalah lain apa lagi kalau bukan kultur gak disiplin dan sok birokratis. Bisa jadi, ketika peringatan tsunami sudah terdeteksi yang dikirim setiap menit (dalam kondisi tidak normal), petugas merasa takut untuk memberi peringatan kepada warga masyarakat. Hal lainnya, gempa gak gak bisa diprediksi lagi. kok bisa disebutkan kondisi genting dan normal????? bukankan itu hanya ada diteori????

Sisi lain, bangsa yang sudah terjerat budaya korup ini akan menutup mata. Karya anak bangsa yang luar biasa ini akan diabaikan begitu saja ketika ada tawaran barang dari Negara tetangga. Biar harganya mahal, kalau kasih bonusnya juga gede, pasti dibeli. Alasan bisa dibuat macam2. Dari yang logis, sampe yang sama sekali gak masuk akal. Alat produk Norwegia seharga 4,5 M bisa jadi dibeli Indonesia, kalau pun tidak mampu mendeteksi kedalaman 500 M.

jerman dengan baik hati telah memberi hadiah alat pendeteksi tsunami atau BUOY. Dengan kemampuan kita menciptakan alat yang lebih canggih, apakah biaya perawatan buoy jerman itu juga harus menggunakan orang dan alat yang didatangkan dari Jerman????
Jika ya, akan lebih baik kalau alat tersebut dikembalikan ke Jerman. Dan Indonesia jauh lebih bermartabat menggunakan karya anak bangsa sendiri. Juga lebih ngirit tentunya.. karena biaya perawatan menjadi jauh lebih murah dan efisien.
______________________________________________________
cuplikan berita tempo...
Si Sangkuriang juga andal. Ia mampu menerima data yang dipancarkan OBU dari kedalaman 2.050 meter di Selat Sunda. Sedangkan alat pendeteksi tsunami buatan Jerman dan Norwegia, hingga sejauh ini, gagal menerima sinyal dari OBU.
Tahun lalu, pemerintah Jerman menyumbangkan alat ini. Buoy tersebut diletakkan di perairan dekat Pulau Siberut, perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Di saat yang sama, pemerintah Malaysia membeli buoy dari Norwegia untuk dipasang di perairan sebelah utara Pulau Sabang.
Hasilnya? Buoy buatan Jerman be-lum mampu berkomunikasi dengan OBU yang diletakkan pada kedalaman 2.000 meter. Buoy buatan Norwegia pun tak mampu berkontak dengan OBU di kedalaman 500 meter. Keunggulan dan kelemahan alat buatan luar negeri ini menjadi dasar pembuatan Sangkuriang

_____________________________________________________

terlindungi & terselamatkan dari bencana..
adalah HAK DASAR MANUSIA

No comments: