Wednesday, October 04, 2017

PENCINTA ALAM DAN KEBERLANJUTAN HUTAN JAWA

20 tahun silam.. tepatnya Oktober 1997 - ada poster sederhana dengan kertas buram yang bikin "sebel". Kalimat provokatif membuat panas hati. "DICARI, PENCINTA ALAM PEMBERANI TIDAK TAKUT MATI". Beuh..... bener-bener menyebalkan. 
sekalipun pada dasarnya, hampir semua manusia takut akan datangnya kematian -  kalimat jelas bikin rese. Memunculkan pemberontakan pikiran untuk rasa sebaliknya. SIAPA TAKUT????

Kira-kira begitu lah provokasi dari KAPPALA Indonesia -  dimana aktifisnya para "mantan" yang gak pernah mau disebut mantan pencinta alam. Karena pencinta alam pada dasarnya adalah melekat pada diri setiap manusia. Provokasi untuk mengajak - lebih tepatnya menantang para pencinta alam untuk turun ke hutan yang bener-bener hutan. Gak sekedar hutan yang ada jalan setapaknya, lebih sering berpapasan dengan manusia atau suara pengajian, azan atau bahkan musik dangdut masih terdengar dari yang disebut "hutan".

Hasil provokasi itu berhasil menggoda 130-an pencinta alam gagah berani. Mereka belajar bersama mengenal lingkungan lewat cara-cara sederhana. Mengamati prilaku hewan, khususnya Harimau dan Elang di kebun binatang Surabaya, mencetak jejak dengan gips, analisa vegetasi, identifikasi flora dan fauna maupun bagaimana mendokumentasikan dengan baik. Singkat saja, karena para pencinta alam tersebut selanjutnya lebih banyak menyeruak hutan Taman Nasional Merubetiri selama kurang lebih 26 hari.

Berbagai temuan mengarah keberadaan Harimau Jawa berhasil dikumpulkan. Bekas cakaran, feses, jejak kaki dan rambut adalah temuan luar biasa. Demikian juga rangkaian cerita penduduk yang bertemu langsung dengan sang diraja hutan. selain mengidentifikasi bukti-bukti keberadaan sang Macan Gembong, berbagai kekayaan TN Merubitiri pun berhasil dikumpulkan. Dari mulai berbagai jenis serangga, mamalia, aves, jamur dll.

Upsh..... diantara keasyikan mengamati lingkungan TN. Merubetiri, terdapat patok-patok aneh. dari Informasi penduduk, ada sekelompok orang dari perusahaan tambang emas sedang melakukan penelitian potensi emas disana. apakah Merubiri sebagai kawasan konservasi yang ditetapkan sebagai habitat terakhir harimau Jawa akan jadi kawasan pertambangan emas?????

Dialog diantara peserta ekspedisi Macan Jowo pun berkembang dengan sendirinya. Apakah penghakiman kepunahan simbah terkait dengan rencana eksploitasi mineral mahal ini? Jika ya -  cilaka lah manusia-manusia yang mendukung kepunahan Harimau Jawa. Terlepas mereka bermotif apa?

Viralnya foto carnivor besar di TN Ujung Kulon, pertengahan September 2017 laksana bom nuklir. Tak terkirakan rasa suka cita atas naiknya pembicaraan atas masih eksisnya sang raja. Sekalipun dari hasil identifikasi foto/video mengarah pada macan tutul (Penthera pardus), tapi tidak menutup menghilangkan rasa suka cita tersebut.

Tidak ada rasa sedih atau marah terhadap berbagai argumen yang dikeluarkan para ahli ataupun LSM penggiat hidupan liar. Yang ada justru rasa tertantang untuk membuktikan keberadaan satwa simbol Prabu Siliwangi. Berbagai informasi dari berbagai sumber keberadaan Harimau Jawa begitu berharga. Tidak hanya di Merubetiri, tapi juga di banyak wilayah dari hutan-hutan Pulau Jawa yang tersisa.

Kebijakan Kantor TN Ujung Kulon yang menindak lanjuti berbagai informasi keberadaan Harimau jawa di wilayahnya dengan menurunkan tim patut mendapatkan apresiasi dan dukungan. Memupus "OPINI" punah yang kadung mengkristal banyak kalangan.

Dimana Pencinta alam menempatkan posisi? akan kah semangat 20 tahun yang lalu kembali menggeliat. Menjadi baris pertama dalam membuktikan keberadaan Harimau Jawa. Ya.. Harimau Jawa Belum Punah.  tidak hanya untuk eksistensi sang satwa eksotis saja, tapi untuk menjamin keberadaan hutan-hutan di pulau jawa sebagai habitatnya yang kian kritis. 

Lihatlah hutan lindung di Tumpang pitu, yang saat ini telah menjadi kawasan tambang emas. Lihatkah hutan gunung Slamet yang tercabik pembangunan PLTG. Lihat juga hutan-hutan di Garut yang telah menjadi kebun dan vila atau hotel. Lihat... lihat keserahakan yang mengintai pada hutan-hutan jawa. Jangan juga melupakan berbagai bencana yang telah terjadi dan akan terus terjadi dimasa depan. banjir, longsor, konflik satwa, kekeringan akan menjadi ancaman yang diturunkan.

Melindungi dan menyelamatkan Harimau Jawa adalah untuk menyelamatkan kehidupan bermartabat kawan. Untuk kita saat ini, anak-anak kita ke depan dan turun-turunan kita di masa akan datang.
Siapkan diri kita... untuk tidak takut mati (karena kita akan menyiapkan pengetahuan dan skill hidup di alam bebas) plus perlengkapan standar perpetualang. tidak sedekar memenuhi hasrat memompa adrenalin... tapi juga mengamati dan mengidentifikasi lingkungan. Taman Nasional Ujung Kulon akan menjadi tempat belajar kita pada akhir Desember 2017.

MARI BERGABUNG - EKSPEDISI HARIMAU JAWA
Menolak Punah - Harimau Jawaku masih ada 

Tuesday, October 03, 2017

Bulletin itu teronggok dipojokan meja. Berbaur dengan beberapa Majalah dengan aneka warna. Tidak begitu mencolok, lebih terkesan sederhana. Sambil menikmati kopi petani lereng Gunung Sindoro yang diroasting medium -  aku mencoba mengambil dan membukanya. Simple dan sederhana menjadi daya tarik tersendiri saat dia bergerombol dengan beragam majalah yang merebut memamerkan diri. 

Judulnya retes. mengulas tentang geliat film Indonesia. Beberapa film yang sedang digarap dan berharap menjadi tuan dinegerinya sendiri; Wiro Sableng, Marlina, the murderer in four act dan docs by the sea. Luar biasa... hanya itu yang terbuncah dalam pikiran. Informasi tentang prestasi film-film pun cukup membuat optimis. Warkop DKI Reborn (2016), disaksikan 6.858.616 orang, disusul Laskar Pelangi dengan jumlah penonton mencapai 4.719.453 dan Habibi dan Ainun 4.583.641. but, please, jangan dulu bandingkan dengan film-film Hollywood ya.. karena itu memang menjadi bagian dari tantangan kita bersama. Gak cuma bagi pembuat film, tapi juga investor dan kita sebagai rakyat Indonesia untuk menjadi bagian dalam menempatkan film-film Indonesia lebih dicintai.

Rasa gemes kembali muncul. Bagaimana bisa mengangkat rentetan cerita perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dampak perubahan iklim atau pengurangan risiko bencana dalam alur film yang cantik dan bisa dinikmati seluruh kalangan. dan yang lebih penting, tentu dampak dari film tersebut mampu membuka mata dan pikiran. Kesadaran untuk lebih menempatkan diri sebagai khalifah di bumi yang menjaga amanah Tuhan untuk keberlanjutan kehidupan yang bermatabat.

telah banyak sih film-film yang dibuat, khususnya oleh organisasi lingkungan maupun organisasi kemanusiaan. tapiiiiii... mohon maaf, film yang diproduksi lebih untuk memenuhi proyek, merespon issue atau berupa dokumentasi proses. Tidak cukup asyik untuk ditonton khalayak. 

Apakah film-film advokasi atau pemberdayaan komunitas itu tidak menarik? ah... ya.. bisa iya juga. sekalipun beberapa film yang digarap apik dengan bintang moncor menghasilkan film dengan kualitas yang ok. Pelican Brief adalah salah satunya. film advokasi pencemaran yang dibintangi Julia Robert sukses dipasaran. atau film Burning Season yang mencerikan perjuangan Chico Mendez mempertahankan Hutan Amazon sebagai wilayah kelola rakyat.

Film layar lebar memang menantang untuk menyisipkan berbagai pesan tentang bagaimana kerusakan lingkungan telah sangat menghawatirkan. Sasaran film pun tidak hanya terbatas masyarakat pinggiran atau yang berkasus. tapi juga masyarakat pada umumnya. bahkan lebih utama sasaran adalah orang-orang perkotaan terpelajar. anak-anak para pejabat, anak para pengusaha atau kelas menengah atas. dimana mereka punya peluang yang lebih besar dalam menentukan masa depan bumi ini lewat keputusan dan dananya.
 
Banjir bandang di Wasior, Menado, Aceh atau Bangka belitung akibat kerusakan lingkungan apakah cukup menarik untuk menjadi film layar lebar? atau upaya warga Bali dalam mensikapi ancaman bencana gunung agung. dimana sumberdaya lokal dan masyarakat saling bahu membahu menyelesaikan berbagai kebutuhan. Bisa juga cerita paska gempa jogjakarta yang menunjukan kekerabatan lintas batas dalam proses pemulihan.

Ah.. terlalu banyak cerita-cerita jika dikemas menjadi film ciamik. tidak kalah dengan Pelician Brief nya Julia Robert.
BTW.... saya harus mengucapkan terimakasih pada Iip S Hanan yang mampu mengemas cerita tentang TKW dalam DUNUA TERBALIK yang serat makna. sekalipun kadang lebay.. tapi, pesan-pesan moral begitu kental. termasuk bagaimana menjaga lingkungan.