Sunday, April 22, 2007

NEGERI AJAIB.. Indonesia Namanya

Selein kaya raya dengan jenis dan kejadian bencana, Negeri ini pun kaya keajaiban. Bagaimana tidak, berbagai upaya mencerdaskan bangsa, memberi kesadaran atau hal-hal positif yang dilakukan oleh rakyatnya (tanpa pamrih…) pun akan mengahadapi berbagai rintangan. Upaya masyarakat membuat cerdas bangsa ini akan disuguhkan serangkaian birokrasi berbelit. Padahal, negeri ini gak mampu menyediakan pendidikan buat rakyatnya. Menyediakan perlindungan dan keselamatan dari berbagai ancaman bencana jauh dari mampu. Bahkan memenuhi kebutuhan dasar warga yang terkena bencana pun jauuuuh dari bisa. Tapi lagi-lagi… berbagai upaya masyarakat untuk membantu kerja-kerja pemerintah tidak mendapatkan porsi dukungan yang memadai.

Berbagai penyebab bencana ekologis telah menjadi wacana publik. Namun apa akar persoalan dan bagaimana mengatasinya, tidak banyak warga di Republik Bencana ini tahu dan paham. Hutan gundul, tanah labih, lahan terbakar (baik oleh perusahan atau warga masyarakat) atau alih fungsi lahan. Mengapa penyebab-penyabab itu bisa muncul? Padahal, anak TK pun tahu sebab-sebab itu. Apakah tidak ada solusi ces pleng untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan berbagai ancaman bencana ekologis tersebut.

mmmm… agaknya mustahil jika tidak diketahui. Bukankan berjuta lulusan kehutanan berkumpul disana. Dari mulai warga tak bersekolah sampai yang bergelar melebih panjang namanya. Apalagi, mandat mereka jelas, sehingga rakyat memberikannya reward berupa gaji, tunjangan dan berbagai fasilitas lebih. Petani, buruh, nelayan atau mahasiswa tidak akan pernah mendapatkan segenap fasilitas tsb jika tidak alih profesi menjadi PNS. Atau paling gak, konsultan lah. Gaji dan berbagai fasilitas serta pelayanan2 tersebut tentu mempunyai maksud mulia; untuk mencurahkan segenap kemampuan dan SD yang dimiliki agar hutan tidak rusak sehingga menyebabkan ancaman bencana.

Lalu kenapa hutan tetap rusak? Lebih dari 2 juta hektar pertahun hutan kita rusak. Tanya kenapa? Korupsi adalah biang dari kerusakan itu. Lainnya, tumpang tindih kebijakan (sekirat 400 kebijakan sector ini saling overlapping) dan gap yang besar antara ketersediaan. Apakah itu tidak menjadi fakta para buruh kehutanan yang digaji uang rakyat. Rakyat yang juga telah menjadi korban akibat banjir, longsor atau kebakaran hutan.

Rakyat mensubsidi, rakyat yang bergerak dan rakyat yang jadi korban
Rakyat mensubsidi negara, itu sudah pasti. Negara, selain butuh pengakuan dari rakyat, juga butuh financial untuk menjalankan segenap program dan kegiatannya. Termasuk memberi gaji, fasilitas oporesional plus senjata untuk pertahan. Pajak adalah salah satu cara negara memaksa rakyat untuk mengakui pengakuan sekaligus memaksa menarik upeti dari rakyat. Rakyat juga mensubsidi dengan cara lain. Mengadakan pendidikan, penyadaran publik, memberikan berbagai masukan penting sampai kritikan tajam. Rakyat juga tanpa pamrih mensubsidi kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi ketika bencana terjadi.

Sayang, berbagai subsidi tersebut kadang tidak pernah diakui oleh Negara. Bahkan, berbagai inisiatif tersebut kerap dihalangi dengan berbagai system birokrasi. Mengganggu ketertiban lah, menjaga jangan sampai ada yang dirugikan, atau.. bahkan dijadikan ATM (untuk pasang spanduk, harus bayar demi keamanan).

Inilah negari ajaib. Mau mensubsidi Negara pun harus mensubsidi yang lain. Menang Negara Aneh, ketika ribuan orang, jutaan orang terancam banjir bandang, banjir atau longsor. Ketika ratusan juga orang terancam akibat perubahan iklim.. masih muncul segudang biroktasi yang menghambat upaya kreatif warga untuk saling mengingatkan.

Mau dibawa kemana negari ini????
terlindungi & terselamatkan dari bencana..
adalah HAK DASAR MANUSIA

No comments: