Pada hari berikutnya, mereka bersama seluruh warga kampung bersama-sama memperbaiki tempat ibadah, jalan dan jembatan. Sebagian melihat sumber air dalam goa. Menyiapkan proses pengangakatan air untuk memudahkan masyarakat mendapatkan kebutuhan air bersih.
Indahnya suana itu.. Bakti Pencinta Alam, begitu judul kegiatan Sekretariat Bersama Perhimpunan Pencinta Alam Daerah Istimewa Yogyakarta (Sekber PPA DIY). Bagaimana ide keren ini bisa muncul dan dijalankan pada awal tahun 90-an?
Jogja memang istimewa. Kekeluargaan antar individu yang tergabung dalam organisasi pencinta alam begitu terasa. Saling berkunjung ke sekretariat, ngumpul dan ngobrol ngalor ngidul. Saling meminjamkan alat kegiatan kepentincaalaman, terutama peralatan mountaineering dan caving untuk kegiatan seperti diksar atau kegiatan lain menjadi hal umum. Terlihat sederhana atau bahkan sepele. Tapi melalui proses inilah terbangun kebersamaan. Dan jangan tanya jika ada informasi ada orang hilang di gunung. Secara serentak solidaritas itu bangkit. tidak peduli, apakah tersedia anggaran untuk operasi SAR atau tidak. karena keterlibatan dalam operasi SAR telah juga disertai mandat organisasi dengan berbagai bekal dan perlengkapan, selain logistik pribadi tentunya.
Bakti Pencinta Alam menjadi luar biasa karena mampu menyatukan berbagai keilmuan dari kelompok pencinta alam Jogja dalam satu kegiatan. Sekber PPA DIY sebagai rumah bersama KPA secara cantik mengemas dan menghubungkan dengan masyarakat tempat bermainnya KPA. Menyajikan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat. Ragam latar belakang pendidikan kelompok pencinta alam menjadi sesuatu kekuatan luar biasa. Saat kekuatan dikelola, terwujudlah sebuah aktifitas yang saling melengkapi satu sama lainnya. Bagi anggota KPA yang terlibat, kegiatan ini juga menjadi ajang belajar bersama selain sebagai media memperat persaudaraan.
Kapan even semodel bakti pencinta alam yang dikemas cantik ini bisa hadir kembali. menyatukan seluruh kekuatan Kelompok Pencinta Alam tanpa melihat status, apakah dia dari KPA Perguruan Tinggi; Universitas, Fakultas, Komunitas tongkorongan, KPA SMA, KPA komunitas atau KPA Kampung. Semua menyatu dalam satu ikatan; Komunitas Pencinta Alam.
Kita patut menyayangkan beberapa even mulai dikemas secara elitis. Kode Etik PA yang tidak membeda2kan entitas pencinta alam mulai diotak atik dengan berbagai argumen "cupu" berbasis ego. Namun kita masih punya satu event pemersatu: Gladian Nasional Pencinta Alam yang masih terus bertahan dengan konsep awal. Mudah2an, Gladian Nasional yang rencananya akan dilakukan di Sulawesi Selatan dapat terlaksana di tengah pandemic Covid 19 yang belum terlihat ujungnya. tentu dengan cara berbeda dari biasanya... semoga...
foto: proses pengangkatan air bersih dari goa Suruh Wonogiri oleh KMPA Giri Bahama Fak. Geografi UMS (Suara Merdeka)
No comments:
Post a Comment