Monday, February 16, 2009

DISASTER MAINSTREAMING DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA

Semilir hembusan angin, berpadu dengan hijau kebiruan laut... begitu tenang. Tak terlihat gulungan ombak yang menakutkan. Beningnya air laut menampakkan pesona terumbu karang nan indah di dalamnya. tentu dengan berbagai ragam keindahan tentunya. selain manfaat yang luar biasa dari kehadiran terumbu karang secara alamiah.. Salah satunya penahan gelombang, termasuk tsunami

Pulau Weh atau lebih dikenal dengan Sabang, hanya salah satu dari ribuan tempat yang memiliki keindahan pantai di Negeri kepulauan ini. Masih ada Bunaken, Raja Ampat, Nusa Ceningan, Karimunjawa, Ujung kulon dll. Dengan luas 121 Km2, pulau Weh memiliki cerita panjang dibalik alamnya nan memikat. Jauh sebelum perang dunia ke dua, pulau sabang telah menjadi tempat penting dunia. Secara alamiah, pulau Sabang telah membentuk palabuhan yang sempurna. tak salah ketika pemerintahan Hindia Belanda mengembangkannya sejak tahun 1881. Pada tahun 1895, Sabang pun menjadi pelabuhan bebas, yang dikenal dengan vrij haven, dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Sabang pun mengalami masa suram, ketika sekutu membombardir wilayah tersebut karena dikuasi Jepang, tahun 1942.

Kemurahan alam tersebut pada pengembangan ekonomi pun dilengkapi pesona lain. Pantai yang menawan dengan terumbu karang yang indah. tidak cukup dengan itu, Pulau Weh ini masih mempunyai danau yang dikenal dengan anek laot. Kesempurnaan pulau weh bak cipratan surga. tinggalah.. bagaimana mengelola anugrah luar biasa ini dapat memakmurkan 26.505 jiwa rakyatnya (bps 2003).

Keindahan membuat hanyut.. terlena.. bahkan lupa daratan. tak peduli keindahan itu berbentuk apa.. termasuk keindahan alam. keindahan yang disediakan alam, menjadikan manusia hanyut dan terlena. Dapat melupakan problem atau hanya sekedar menyegarkan pikiran. dengan alasan itulah, pariwisata dibuat. dicipta untuk membuat manusia dapat melupakan rutinitas yang membelenggu pikiran dan fisiknya.

Adalah kenyataan, keindahan alam yang selanjutnya dikembangkan menjadi tempat2 wisata, kerap berdampingan dengan ancaman bencana. Segarnya alam pegunungan dan hutan, bersanding dengan ancaman erupsi gunungapi, banjir bandang atau longsor. Ini hampir merata pada objek2 wisata yang berkemang di negeri ini. Gunung Merapi, Slamet, Bromo, Semeru, Bahorok, Pacet adalah sebagian contoh kawasan tersebut. demikian juga kawasan pariwisata pantai nan mempesona. gempa dan tsunami pun menempel pada kawasan tersebut.

Selain bersumber dari alam, bencana pun bisa datang dari manusianya. salah urus dan salah kebijakan bahkan lebih mendominasi kejadian bencana 10 tahun terakhir. Banjir dan longsor, tidak lagi bisa dianggap sebagai bencana alam. bencana yang dipicu murni akibat fenomena alam saja. hilangnya atau tidak berimbangnya daya dukung, daerah tangkapan air, alih fungsi lahan atau pengembangan pemukiman pada wilayah banjir lebih besar porsinya dibandingkan curah hujan. pada curah hujan itu sendiri, pun dipengaruhi oleh perubahan iklim, yang penyebabnya adalah akibat manusia.

WISATA ALAM DAN TANTANGAN KE DEPAN
Bali begitu mendunia. Keindahan alam pulau dewata bak menyihir para pelancong untuk sekedar singgah atau berlama2 menikmati pulau seluas 5.808,8 Km2. Diantara sejuta keindahan yang ditawarkan, Bali pun termasuk jalur ring of fire, cicin api yang berpotensi terhadap gempa dan letusan gunungapi. Bali pun menjadi bagian wilayah yang terancam perjalanan lempeng aktif indo-australia, sehingga rentan terhadap kejadian gempa dan tsunami. Laut terbuka yang pada wilayah selatan, menyebabkan Bali pun rentan menghadapi badai dan gelombang pasang.

Kondisi ini sangat disadari paska kejadian gempa dan tsunami di Aceh, akhir Desember 2004. Hampir semua wilayah rentan tsunami kembali dipetakan. berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi risiko bencana tersebut. tidak hanya bali, tapi juga Padang dan wilayah barat pulau sumatra, sepanjang selatan Jawa, sulawesi sampai papua.

Tingginnya tingkat kerentanan, tentu menjadi tangan yang berat bagi pengambangan pariwisata. Telah menjadi pelajaran, bagaimana Pukat dan daerah wisata di Thailand menerima dampak akibat bencana tsumani. Juga daerah wisata di Kamboja, Indonesia; Aceh, Pangandaran, Kebumen, Cilacap, maupun Parangtritis. Wilayah yang menawarkan kenyamanan, justru menjadi mimpi buruk. tidak adanya early warning system, jalur evakuasi atau arahan2 untuk penyelamatan, menyebabkan korban bergelimpangan. demikian juga dengan bangunan2 yang tidak menyesuaikan sebagai bagian dari mitigation and preparedness.

Selain bencana yang dipicu alam, pengambangan pariwisata pun dapat terusik oleh ancaman lain. Konflik dan keamanan (termasuk terorisme) dan wabah dapat membuat sektor pariwisata tiarap. Segala keindahan alam dan kelengkapan struktur dan infrasuktur tak berarti apa2. Larangan kunjungan negara2 maju sebagai bentuk tanggung jawab negara melindungi warganya semakin memojokan selain informasi yang saat ini tidak lagi mengenal batas jarak dan waktu. saat ini kejadian, detik berikutnya informasi tersebut dapat diakses oleh seluruh orang di dunia.

Menjadi keharusan bagi setiap wilayah yang mengembangkan pariwisata menyiapkan upaya maksimal perlindungan dan penyelamatan bagi wisatawan. perlindungan terhadap tamu2 daerah kunjungan wisata, secara otomatis seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan upaya melindungi dan menyelamatkan warga negaranya sendiri. Komunitas yang menjalani hidup dan kehidupannya di wilayah tersebut. segenap upaya tersebut meliputi upaya mitigasi dan kesiapsiagaan. Mitigasi non struktural maupun struktural harus menjadi bagian dari upaya pengembangan pariwisata.

Peta bahaya dan risiko, jalur evakuasi, tempat-tempat evakuasi, peringatan2 ancaman bencana maupun sistem peringatan dini adalah hal mutlak yang harus ada. demikian juga buku2 saku atau practice tools tentang; apa, bahaya, risiko dan dampak serta apa yang harus dilakukan menjadi bagian yang harus dipahami setiap orang yang berkunjung ke wilauah tersebut.

pusat informasi pariwisata, hotel, restoran, souvenir shops, maupun kantor2 pemerintahan harus menjadi bagian dari upaya reduksi risiko bencana. menyediakan informasi lengkap atas upaya PRB. dengan kemasan yang cantik dan bahasa yang menarik, informasi penting ini tidak lagi menjadi teror. tapi menjadi bagian pembelajaran plus yang diterima wisatawan atas PRB. karena selain bahaya atau ancaman yang disampaikan, berbagai fasilitas penyelamatan atau upaya penyelamatan pun melengkapi informasi yang disampaikan. termasuk komunitas tanggap bencana atau komunitas yang mengembangkan pengelolaan risiko bencana berbasis masyarakat.

Ancaman tersembunyi
Disadari, pariwisata adalah sektor yang sangat rentan gangguan. sedikit saja isu negatif dapat mempengaruhi kunjungan wisata. Gosip terjadinya gangguan keamanan, secara cepat akan menyebabkan negara-negara maju akan membuat larangan atau peringatan kapada warganya. Demikian juga dengan wabah. Flu burung dan demam berdarah misalnya, secara cepat menyebabkan kunjungan wisata merosot tajam.

Selain yang bersifat terbuka, kerentanan pariwisata pun terjadi akibat pengalaman buruk. Perlakuan yang tidak mengenakan, tidak rasional dll akan menyebar dengan cepat. mempengaruhi agenda kunjungan wisata. Banyak kasus atas perlakukan atau suasana tidak nyaman terjadi tanpa terduga. penipuan, pencurian, perampokan, pelecehan sexual bahkan pemerkosaan.

Mulai tumbuhnya kepedulian lingkungan pada warga negara maju, pun akan mempengaruhi nilai dari kawasan pariwisata. Kerusakan lingkungan yang terjadi menuju tempat wisata berpengaruh besar untuk pengembangan wisata ke depan. Kondisi ini yang kerap tidak disadari Pemda atau pemerintah dalam pengembangan pariwisata secara general. Mereka masih menganggap, pengembangan pariwisata hanya ditentukan oleh promosi dan kelengkapan akomodasi-struktur dan infrastruktur serta jaringan transportasi.


Militer; keteribatan dalam Pariwisata dan PRB
Kehadiran militer maupun kepolisian pada sebuah wilayah kerap mengusik pikiran. ada yang senang, karena wilayahnya akan aman dari gangguan ketertiban, ada juga yang sinis karena akan memunculkan masalah baru. Bahkan ada juga yang secara terang2an menolak kehadirannya. Banyaknya persoalan atas kehadiran militer yang disandarkan atas kepentingan, menjadi alasan banyak pihak mengkritisi kehadiran militer, apalagi dalam jumlah diluar batas normal. ada apa dengan kehadian mereka?

TNI bagian dari rakyat, manuggal abri/tni dengan rakyat atau bakti TNI belum mampu menutup banyaknya keterlibatan oknum TNI dalam berbagai masalah. Illegal logging, penyelundupan atau perdagangan satwa langka dilindungi, backing kegiatan illegal (perjudian, prostitusi), atau sekedar menjadi kaki tangan pengusaha adalah diantara kerja2 TNI di luar tugas pokok, mengamankan negara.

Hal yang membuat blunder adalah, korsa TNI-Polri yang begitu tinggi. loyalitas institusi yang berlebihan, kerap menutup mata kesalahan2 yang dilakukan para oknum. Para komandan, kerap mati2an membela berbagai kesalahan yang dilakukan para anggotanya. dilain sisi, sikap ini merupakan bagian dari upaya menyelamatkan diri dari tanggung jawabnya sebagai pimpinan. dan ini terjadi secara terstruktur, sampai ke tingkat yang paling atas.

Tidak atau lemahnya penegakan hukum dikalangan TNI-POLRI, menyebabkan kelakuan menyimpang anggota TNI-POLRI terus berlanjut. tidak ada efek jera karena hukuman bahkan sistem akan mem-back up nya, sekalipun mereka melakukan kesalahan terhadap rakyat atau warga negara lain.

Menghadapi tingginya ancaman bencana yang begitu komplek serta upaya meningkatkan pendapatan negara dari sektor wisata, ada banyak peran TNI-POLRI, tanpa melepaskan mandat utamanya.. membela dan mengamankan NKRI.

bersambung.....

No comments: