Ratusan pasang kaki memenuhi jalanan seiring suara sirine melengking dari spiker mesjid. Tidak biasanya. spiker sebagai alat pengeras suara di Mesjid umumnya mendendangkan suara adzan, sebagai panggilan atau tanda umat muslim beribadah. Namun pagi itu, 24 Desember 2008, yang kelur adalah pengumuman terjadinya gempa yang berpotensi tsunami. Meminta warga untuk waspada dan bersiap melakukan evakuasi.
Ada hal yang menarik dari proses tsunami drill atawa simulasi evakuasi kejadian tsunami di pantai selatan Yogyakarta ini. penggunaan media komunikasi peringatan tsunami dengan menggunakan fasilitas masyarakat. Spiker mesjid. inovasi yang luar biasa, mengingat hampir disetiap kampung2 (yang mayoritas beragama Islam) di negeri ini memiliki tempat mushola atau mesjid. dan hampir dipastikan, setiap mushola/mesjid memiliki pengeras suara. Sehingga pesan atau peringatan kejadian yang berpotensi bencana dapat dengan cepat sampai ke masyakarat yang membutuhkan. seberapa efektif inovasi made in bantul tersebut dirasakan masyarakat? "ini baru ujicoba mas", "kekurangan yang ada lewat simulasi ini, akan menjadi masukan dan perbaikan ke depan", Taufik, salah satu Pokja Kabupaten Bantul menjelaskan.
"Suara peringatan dari spiker tidak jelas, kemresek...", "jangkauan spiker tidak sampai ke masyarakat yang jauh dari mesjid..", "spiker gak bunyi juga lho pak..", begitu komentar saat evaluasi tsunami drill paska kegiatan yang dihadiri para petinggi penanggulangan bencana negeri ini. Ada BPPT, BNPB,LIPI, BMG dll. Juga bumbu-bumbu lainnya. seperti orang2 yang bertugas di Pusdalops masih terlihat gugup atau terlalu santai, info yang mendahului dari satu instansi, atau ditingkat masyarakat sendiri...
Wajar... begitu kalau kita melihatnya dari kacamata positif. "lah wong waktu persiapannya mefet kok mas. sekalipun rencana ini sudah lama, tapi kami juga melakukan hal yang lain untuk persiapan. dari mulai sosialiasi, sampai menyiapkan perangkat. justru dari drill ini kita akan mengetahui, apa kekurangan yang ada untuk dibenahi". komentar santai dari salah satu Pokja bisik2 disela evaluasi yang sebagian besar menggunakan pendekatan negatif, alias menghakimi..
Memobilisasi ribuan orang bukan perkara mudah. siapapun menyadari itu. apa lagi ditambah dengan mengkonsolidasi berbagai instansi yang terbiasa bekerja secara parsial. Terbiasa tertib bekerja sesuai juklas dan juknis atawa tupoksinya sendiri-sendiri. Tambahan lainnya yang kerap membuat negeri ini kacau balau mengelola sesuatu yang bersifat massal atau besar,pemerintah atau orang-orang pusat yang bermain dengan pikirannya sendiri. Pikiran wong pusat dan mengabaikan dinamika daerah. dan.... melembar 90 % kesalahan kepada wong daerah dengan tudingan.. gak punya kapasitas.
Simulasi evakuasi kejadian tsunami yang diperkirakan melibatkan 2000 ribu sebagian masyarakat pesisir selatan Yogyakarta sangat menarik menjadi proses belajar. Belajar, bagaimana masyarakat yang tinggal pada wilayah rawan bencana mempunyai kapasitas dan kesiapsiagaan tinggi menghadapi ancaman yang ada. Belajar bagaimana sumberdaya yang ada ditingkat lokal dapat dikelola dan bermanfaat untuk menyelamatkan diri secepat mungkin. Belajar juga, bagaimana orang lokal saling berbagai (pengetahuan dan keterampilang), saling membantu dan mengorganisir diri. pada tataran pemerintahan, proses ini menjadi pembelajaran, bagaimana pemerintah menjalankan mandatnya;"melindungi dan menyelamatkan warga negara dari ancaman bencana". Refleksi atau mengevaluasi diri tentang peran, sistem atau kebijakan.
Sosialiasi tentang apa, bahaya, risiko dan upaya reduksi risiko tidak harus orang pemerintah yang melakukan sendiri. cukup membekali orang lokal, maka orang tersebut akan berfungsi dan memposisikan diri sebagai fasilitator lokal. Sebagai orang lokal, kesempatan berbagi informasi dan pengetahuan menjadi sangat luas. kesempatan untuk berbagai pun menjadi tak terbatas. coba bandingkan dengan pola sosialisasi "konvensional" yang kerap dilakukan kebanyakan pemerintah. dari mulai dengan judul penyuluhan, sosialisasi sampai kampanye.
Memposisikan masyarakat lokal sebagai kader atau fasilitator lokal merupakan pengelolaan sumberdaya lokal. sama halnya dengan memanfaatkan spiker mesjid untuk kebutuhan lain selain panggilan ibadah, pengajian atau pengumuman. Inovasi cerdas tersebut dapat memangkas anggaran negara dalam mengadaan alat peringatan dini sebagai bagian dari early warning system. Berapa negara diuntungkan dengan inovasi sederhana made in Bantul dengan dukungan GTZ ini? Sebagai perbandingan, satu alat tanda peringatan dipatok seharga 750 juta - 1,2 milyar. sedangkan made in Bantul-GTZ antara 15 - 20 juta. Boleh lah ada keunggulan dari sirine canggih nan mahal ini karena dapat menjangkau 2 Km. Tapi jika diperbandingkan lagi dengan biaya perawatan, kemampuan peneglolaan dan perawatan tentu penghematan anggaran yang diambil dari uang rakyat ini akan berlipat-lipat lagi.
Mencermati Jalur Informasi
Belajar dari pengalaman, kejadian tsunami waktunya singkat. Dari informasi yang didapat BMG melalui geteran gempa yang terjadi dilautan dan reaksi gelombang laut berkisar 30-60 menit - 2 jam. BMG membutuhkan waktu 6-10 menit untuk menganlisis gempa yang terjadi berpotensi tsunmai atau tidak. 30 - 60 menit adalah observasi awal (alam_ ternadi tsunami/kedatangan gelombang pertama). 1 - 10 jam berikutnya potensi tsunami berakhir.
BMG sebagai pusat peringatan dini tsunami nasional berfungsi memantau gempa dan tsunami berdasarkan data=data yang dikumpulkan dari jaringan stasiun seismik nasional dan internasional, sistem pelampung (Bouys), dart dan pengukur pasang surut (tide gauges). selanjutnya mengelola data dan mengambil keputusan untuk menyebarkan informasi gempa dan peringatan tsunami berupa ifo gempa. BMG,menyebarkan informasi peringatan atau pembatalan. BMG regional daerah (yogyakarta untuk daerah DIY), mendukung fungsi teknis dengan menyebarkan info gempa dan peringatan tsunami kepada pemangku kepentingan.
PUSDALOPS (Pusat pengendalian operasi) sebagai pusat peringatan daerah (dalam hal ini Kab. Bantul), dirancang untuk mampu mampu merima peringatan dari BMG, mengalisis isi peringatan, membuat keputusan perlunya masyarakat beraksi dan menyebarluaskan peringatan kepada masayrakat.
Gempa dan tsunami sebagai bahaya berpotensi menjadi bencana memiliki karakteristis khas. Tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. dan ini kerap menjadi dilematis bagi pengambil keputusan. Hasil analisis bisa saja salah. Bagaimana jika tanda peringatan terlanjur dibunyikan namun tidak terjadi tsunami. Tentu Pemerintah akan menjadi bulan-bulanannya masyarakat. atau kalau hal tersebut kerap terjadi, bisa saja warga akhirnya tidak percaya lagi dengan tanda peringatan, sekalipun itu benar.
Menyusun strategi, mengumpulkan kekuatan
Banyak tantangan ke depan. Persoalan yang muncul di depan mungkin hanyan bagian kecil yang akan dihadapi tim atau pemerintah dalam menjalankan mandatnya. untuk itu, perlu dibangun strategi sekaligus menggalang kekuatan yang ada. Kebiasaan pemerintah yang hanya memanfaatkan sumberdaya sendiri harus segera ditinggalkan. berganti dengan meneropong sumberdaya yang ada disekelilingnya, terutama ditingkat masyrakat sendiri.
Pemanfaatan spiker mesjid sebagai alat peringatan dini hanya satu contoh, bagaimana sumberdaya lokal dapat dimanfaatkan maksimal. demikian juga tenaga lokal menjadi fasilitator membngun kesiapsiagaan untuk masyarakatnya sendiri. tentu masih banyak aset-aset lain atau sumberdaya yang bisa dikelola sebagai kekuatan.
Dilematis yang akan dihadapi bukanlah masalah. tapi merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan menyodorkan strategi dan keseriusan maksimal. salah satunya adalah kapasitas dari pengelola ditubuh pemerintah dan sarana pendukungnnya.
selain kesiapsiagaan yang telah dilakukan, pun banyak upaya lain yang bisa dilakukan warga masyarakat bersama pemerintah dan sektor swasta.
Disaster drill atau saya lebih suka menyebutnya dengan simulasi evakuasi telah memberi pelajaran bagi kita semua. Swasta pun dapat terlibat secara aktif dalam proses terebut. demikian juga organisasi kemasyarakatan. bahkan organisasi hobby.. off road community dll.
tapi... dimana LSM lokal yaaaa???????